Sabtu, 05 Oktober 2013

ASKEP STROKE NON HEMORAGIK

TINJAUAN MATERI

I. Pengertian
 Defisit neurologis yang terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah otak.
 Stroke adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu (WHO, 1989).
            Cidera serebro vaskuler atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah kesuatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh thrombus, biasanya sekunder pada arteri sclerosis, terhadap embolisme barasal dari tempat lain dalam tubuh atau terhadap perdarahan akibat rupfur arteri (aneurisma).
(Linda Juall Carpenito, 1995).

II.    Etiologi
Penyebab-penyebab
1.      Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya.
Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral:
  Atherosklerosis/arterioskerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah
  Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral
  Arteritis (radang pada arteri)


2.      Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
3.      Haemortologi
Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pengerasan dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
4.      Hypoksia Umum
  Hipertensi yang parah
  Cardiac pulmonary arrest
  CO turun akibat aritmia
5.      Hypoksia setempat
  Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
  Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran.

III. Patofisiologi
            Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

IV.       Pemeriksaan Diagnostik
  Rontgen kepala dan medulla spinalis
  Elektro encephalografi
   Lumbal fungsi
  Angiografi
  Computerized tomografi scaning (CT scan)
  Magnetik Resonance Imaging (MRI)

V.          Path Ways
Penyakit yang mendasari stroke

Penurunan perfusi jaringan cerebral
 


                                                                                Iskemia                                                                     SNH
 


Hipoksia

Metabolisme anaerob terganggu          Nekrosis jaringan otak                              Aktifitas elektrolit
 


                                                            Volume cairan bertmbah                     Pompa Na dan K gagal
 


      Asam laktat meningkat                                                                                                     Nadan K influk

                                                                  Edema cerebral                                   Retensi air

                                                                  TIK meningkat

                                                                   Hernia cerebral

VI. Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai darah dan O2 keotak menurun, adanya sumbatan darah ke otak
2.      Resiko atropi berhuungan dengan anggota gerak, hemiplegi, paraplegi
3.      Reiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik
4.      Gangguan perawatan diri berhubungan dengan imobilitas, kecemasan anggota gerak tubuh.

VII. Intervensi
DP
Tujuan
Intervensi
Rasional
Kecemasan b/d kelemahan neurology muskuler





Resiko injuri b/d kelemahan anggota gerak







Kecemasan berkurang dengan tindakan 1x3 jam dengan KH:
1.      Pasien merasa tenang
2.      Pasien tidak cemas

Mencegah terjadinya resiko injuri setelah tindakan keperawatan 1x3 jam dengan KH:
¨      Mempertahakan posisi agar tidak jatuh




¨      Berikan pendkes bahwa stroke bisa disembuhkan


¨      Monitor status neurology dan periksa TTV pasien



¨      Memonitor aktifitas pasien
¨      Membantu pasien dalam melakukan aktifitas pada waktu tersebut
¨      Kolaborasi:
F Konsul dengan ahli terapi fisik untuk latihan aktif



¨      Agar pasien mengetahui penyakit yang diderita
¨      Gejala yang yang bervariasi terjadi mungkin karena penekanan cerebral

¨      Supaya mengetahui aktifitas pasien
¨      Mengurangi terjadinya resiko injuri
¨      Dapat membantu program pengembalian kekuatan otot






ASKEP ASMA BRONKIALE

KONSEP DASAR
ASMA BRONCHIALE

A.     Konsep Medis
1.      PENGERTIAN
Asma bronchiale adalah penyakit dari system pernafasan yang meliputi dari jalan nafas dan gejala-gejala bronkospasme yang bersifat reversible (Antony C, 1997).
Asma bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk bersistem dalam keadaan di mana asma yang paling mungkin. (Arief Mansjoer dkk, 2000).
Asma bronkhiale adalah suatu sindrom obstruksi jalan nafas yang berulang yang ditandai kontraksi otot polos, hypereksi mucus dan inflamasi. (Buyton, 1994).

2.      ETIOLOGI
a.       Imunologik atau alergik atau autopik.
Dalam bentuk ekstrinsik antigen berupa suatu bahan yang dapat berbentuk:
1)      Inhalen yang masuk dalam bahan dengan melalui alat pernafasan misalnya debu rumah, bahan-bahan yang terlepas (sepih kulit) dari binatang misalnya anjing, kucing, kuda dan sebagainya.
2)      Ingestan yang masuk dalam tubuh melalui mulut, biasanya berupa makanan seperti susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dan lain sebagainya.
3)      Kontaktan yang masuk dalam tubuh dengan jalan kontak dengan kulit seperti obat-obatan dalam bentuk salep, berbagai logam dalam bentuk perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya.
b.      Non imunologik atau non alergik atau non autopik
Seringkali dicetuskan oleh infeksi pada serangan.

3.      PATOFISIOLOGI
Zat oksigen masuk dalam tubuh melalui pernafasan, mulut dan kontak kulit. Dari jenis allergen yang masuk dalam tubuh, bila pada orang yang tidak atopik tidak akan menyebabkan apa-apa. Bila jenis allergen masuk dalam tubuh orang yang mempunyai factor keturunan untuk bereaksi terhadap bahan allergen akan menyebabkan alergik.
Akibat reaksi dari tubuh untuk melepaskan zat histamine menyebabkan reaksi kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan sehingga terjadi broncospasme. Broncospasme akan timbul kerusakan dinding bronkus yang akan mengakibatkan kualitas otot polos bronkus dapat ditembus oleh cairan atau zat dalam larutan yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler yang berperan terjadinya edema mukosa.
Dari edema mukosa akan menimbulkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi sputum sebagai akibatnya akan terjadi penyempitan saluran pernafasan kemudian menghambat saluran pernafasan. Hambatan aliran pernafasan ini menyebabkan distribusi ventilasi yang tidak rata dengan sirkulasi darah paru sehingga mengganggu difusi gas di tingkat alveoli. Bila hal ini berlanjut akan terjadi hipoksemia. Proses tersebut pada penderita asma bronkhiale sering akan terjadi ketidakmampuan tentang penyakitnya.
Karena hambatan aliran nafas yang menyebabkan gangguan aliran udara terjadi hipoventilasi karena hipersekresi sputum yang tertahan sehingga menyebabkan jalan nafas tidak efektif di mana gejala dan tanda yang muncul pada penderita asma bronkhiale terjadi sesak nafas, bunyi nafas tidak normal (wheezing), batuk yang menerus dan semakin lama terjadinya serangan akan mengakibatkan kurangnya tenaga atau kelemahan, serta tidak nafsu makan, dalam kondisi demikian akan menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pemenuhan istirahat tidur, intoleransi aktivitas dan mengalami penurunan perawatan diri sendiri. Dari proses seringnya kekambuhan atau serangan asma bronchial didukung ketidaktahuan tentang proses penyakitnya akan berpotensial infeksi.

4.      MANIFESTASI KLINIK
Gangguan klinik: tachicardi, tachipnea, mengi, pernafasan pendek, rasa sesek di dada, serangan biasanya menghilang dalam waktu 30-60 menit, sputum dalam bentuk kental dan jumlah banyak, diaphoresis, kelelahan terjadi setelah serangan. Kontraksi yang kaku dari bronkiolus, penurunan kecepatan ekspirasi, batuk pada malam hari berlangsung 10-14 hari.




















5.      PATHWAYS
Zat alergen masuk ke dalam
Tubuh melalui pernafasan mulut
Dan kontak kulit
 


Reaksi tubuh terhadap allergen
 


Tubuh tidak tahan reaksi alergik               tubuh tahan/tidak alergik

Kontraksi otot polos pernafasan
 


Bronchospasme
 


Hypersekresi
 


Penyempitan saluran pernafasan
                                                                 
Hambatan aliran pernafasan                     
                                                                  gangguan ventilasi (hipoventilasi)
Distribusi ventilasi yang tidak                 
Rata dengan sirkulasi paru                        jalan nafas tidak efektif
                                                                 
Gangguan difusi gas                                 penurunan sirkulasi darah, dispnea,
Di tingkat alveoli                                      Wheezing, kelemahan dan anoreksia
                                                     
Hipoksemia                                   perubahan                          intoleransi
                                                      nutrisi kurang dari             aktivitas
Ketidaktahuan                              Kebutuhan tubuh             
Tentang penyakit                         
                                                                             
                                 Potensial infeksi                   deficit perawatan diri
6.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Ø  Gas-gas darah arteri
Pa O2 dan Pa CO2 sedikit menurun, umum terjadi di antara serangan hebat.
Ø  Pemeriksaan sinar X dada
Ø  Hiperinflamasi pada serangan
Ø  Tes kulit
Ø  Tes fungsi pulmoner
o   Volume paru-paru normal atau meningkat
o   Penurunan kecepatan aliran, dengan bronkodilator
Ø  Pemeriksaan SDP dan sputum
Eosinofilia darah dan sputum umum ditemukan kadar 1% E serum meningkat pada asma ekstrinsik.
Ø  Edema pulmoner
Ø  Gagal pernafasan.

7.      PENATALAKSANAAN MEDIS
Ø  Terapi O2 dengan humidifikasi
Ø  Penatalaksanaan cairan
Ø  Jalan nafas buatan dan ventilator
Bila diperlukan:
Ø  Obat-obatan
Ø  Bronkodilator: parental, aerosol, oral
Ø  Simpatominetik
Ø  Teofilin
Ø  Steroid
Ø  Antibiotic

B.     Konsep Keperawatan
1.      PENGKAJIAN
Proses pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah kesehatan dan keperawatan pasien. (Effendy, 1995: 10).
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah:
a.       aktifitas/istirahat
gejala      :  keletihan, kelelahan, malaise.
                  Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas.
                  Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
                  Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
Tanda     :  keletihan, gelisah, insomnia.

b.      Sirkulasi
Gejala     :  pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda     :  peningkatan tekanan darah
                  Peningkatan frekuensi jantung
                  Distensi vena leher
                  Sianosis: area sirkumolar dasar kuku
                  Pucat dapat menunjukkan anemia.
c.       integritas ego
gejala      :  peningkatan factor risiko
                  perubahan pola hidup
tanda      :  ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d.      makanan/cairan
gejala      :  mual/muntah
                  ketidakmampuan untuk makan karena distress
tanda      :  diaforesis
                  penurunan berat badan.
e.       Hygiene
Gejala     :  penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-hari
Tanda     :  kebersihan buruk
f.       Pernafasan
Gejala     :  nafas pendek
Tanda     :  awitan distress pernafasan tiba-tiba
o   Perpanjangan ekspirasi mengi
o   Perpendekan periode inspirasi
o   Retraksi interkostal sternal
o   Penggunaan otot-otot eksesorik pernafasan
o   Sesak nafas
o   Klekels
                  Bunyi nafas
o   Mengi, penurunan nafas sampai bunyi nafas tidak terdengar.
g.      Keamanan
Gejala     :  riwayat reaksi alergi
                  Kemerahan (diaforesis)
h.      Seksualitas
Gejala     :  penurunan libido
i.        interaksi social
gejala      : hubungan ketergantungan
                  kurang sistem pendukung
                  penyakit lama/ketidakmampuan membaik
tanda      :  ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernafasan
                  keterbatasan mobilitas fisik.
j.        penyuluhan/pembelajaran
gejala      :  penyalahgunaan obat pernafasan
                  kesulitan menghentikan merokok
                  penggunaan alcohol
                  kegagalan untuk membaik

2.      FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan I   :  kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan factor serangan asma menetap.
Batasan karakteristik         :  mengi dan dispnea yang berat, sianosis dan penggunaan obat asesori pernafasan.
Hasil pasien                       : mendemonstrasikan perbaikan ventilasi.
Criteria evaluasi                : frekuensi nafas 12-24/menit, bunyi nafas bersih, frekuensi nadi 60-100/menit, warna kulit normal, tidak ada dispnea, GDA dalam batas normal.
NO.
Intervensi
Rasional
1.








2.

3.






4.


5.










6.




7.

8.





9.
Pantau
-          status pernafasan (apendiks A) setiap 4 jam
-          hasil keadaan teofilin serum
-          hasil GDA
-          nadi oksimetri
-          hasil sinar X dada, fungsi paru dan analisa sputum
-          masukan dan haluaran
tempatkan pasien pada posisi fowler’s

mulailah pemberian terapi IV sesuai anjuran. Lakukan perawatan infus.





Berikan oksigen melalui kanul nasal 4 liter/menit selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2.
Berikan pengobatan yang telah ditentukan, seperti epinefrin, terbutelin, aminopilin, dan kortikosteroid.
Evaluasi keefektifannya, konsul dokter jika terjadi reaksi yang merugikan. Teliti kembali semua pengobatan yang telah ditentukan jika interaki antara obat merugikan. Lihat referensi farmakologi dan konsul kepada ahli farmasi.
Laksanakan pengobatan dan konsul dokter bila tanda-tanda toksisetas teofilin terjadi (mual, muntah, distensi abnormal, teofilin serum di atas rencana normal).
Gunakan spirometer intensif setiap 2 jam.
Yakinkan bahwa pengobatan paru (fisioterapi, terapi aerosol) diberikan sesuai dengan yang telah ditentukan. Tentukan pengobatan aerosol tambahan bila kegawatan nafas terjadi antara interfal yang telah ditentukan.
Konsul dokter jika gejala-gejala terjadi setelah 1 jam pemberian terapi atau bila kondisi bertambah jelek (bila tercapainya keadaan di mana PaCO2 melebihi PaO2 apnea terjadi, status mental menurun atau pasien dalam keadaan hampir kolaps akibat kelelahan yang disebabkan usaha yang sulit bernafas).
Untuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan atau penyimpangan dari hasil pasien.






Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru-paru lebih baik.
Untuk meningkatkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji keadaan vaskuler untuk pemberian obat-obatan darurat, kebanyakan pasien telah mengalami dehidrasi ketika mereka meminta pertolongan medis.
Pemberian O2 mengurangi beban kerja otot-otot pernafasan.

Epinefrin dan ebutalin menghentikan reaksi alergi dan adilatasi bronkiolus dengan meniadakan aktifitas histamine aminofilin melebarkan bronkiolus dengan merangsang peningkatan produksi zat kimia yang menghambat penyempitan otot bronchial. Kortikosteroid membantu mengurangi peradangan lapisan mukosa bronchial.
Dokter akan mengurangi dosis untuk memperbaiki toksisitas.



Untuk memudahkan nafas dalam dan mencegah atelektasis.
Tindakan ini mengurangi sekresi bronchial.




Hal-hal ini menunjukkan dibutuhkannya intubasi endotrakeal dan pemasangan ventilator mekanis.
Diagnosa keperawatan II  :  ansietas berhubungan dengan factor takut sulit bernafas disebabkan gagal nafas yang berat, kurang pengetahuan tentang rencana pengobatan dan pemeriksaan.
Batasan karakteristik         :  menyampaikan perasaan takut sulit bernafas, ketakutan, ekspresi wajah tegang, menyatakan kesulitan bernafas.
Hasil pasien                       : mendemonstrasikan ansietas berkurang.
Criteria evaluasi                : ekspresi wajah tenang, pernafasan 12-24/ menit, rasa takut dan gugup berkurang.
NO.
Intervensi
Rasional
1.





2.

3.











Tetap berada di samping pasien atau minta seseorang untuk mendampinginya sampai gawat nafas mulai berkurang, pertahankan pendekatan yang tenang dan percaya diri.
Batasi pengunjung sampai batas nafas teratasi.
Gunakan penjelas yang mudah dan singkat bila memberikan informasi atau instruksi, contoh “duduk” nafas lambat dan dalam jelaskan dari tujuan semua pengobatan yang telah dilakukan. Berikan penjelasan pemeriksaan diagnostic
-          tujuan
-          gambaran singkat
-          persiapan yang dibutuhkan
-          perawatan sesudah pemeriksaan tersebut.
Ansietas akan berkurang apabila pasien merasa ditangani oleh tim kesehatan yang kompeten.



Pengunjung dapat menjadi sumber stress.
Tingkat ansietas yang tinggi menghambat pembelajaran penjelasan tentang apa yang diharapkan membantu mengontrol ansietas.

Diagnosa keperawatan III   :  perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan        :  dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual/muntah.
Kemungkinan dibuktikan : penurunan berat badan
                                             Kehilangan massa otot, tonus otot buruk
                                             Kelemahan
                                             Mengeluh gangguan sensasi pengecap
                                             Keengganan untuk makan.
Criteria hasil                      : menunjukkan peningkatan BB.
NO.
Intervensi
Rasional
1.



2.





3.


4.




5.



6.



7.


8.


kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Auskultasi bunyi usus.





Berikan perawatan oral sering, buang secret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan.



Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.


Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin
Timbang BB sesuai indikasi.

Konsul ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah cerna dan nutrisi seimbang.
Kaji pemeriksaan laboratorium, mis: albumin serum, transferin, dll.
Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea.


Penurunan/inproaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, penurunan aktifitas, hipoksemia.
Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan.
Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
Suhu ekstrim dapat mencetuskan spasme batuk.
Untuk menentukan kebutuhan kalori.
Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi/ kebutuhan individu.
Mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi.